Ushuluddin suatu kata yang rawan dan banyak memberi peluang orang untuk berburuk sangka terhadapnya. Banyak anggapan bahwa orang-orang yang mengambil jurusan di Fakultas Ushuluddin adalah orang-orang yang tidak memiliki masa depan yang jelas dan cerah, terutama orang-orang yang orientasi hidupnya hanya melihat segala hal dari kaca mata materi dunia dan memandang bahwa kuliah untuk mencari kerja, mereka menilai tidak ada yang bisa diharapkan ke depannya dan mau jadi apa kelak. Asumsi ini muncul karena tidak ada yang bisa ditawarkan secara jelas tentang pekerjaan yang di geluti setelah proses kuliah dan menjadi sarjana nanti.
Istilah”tak kenal maka tak sayang” mungkin pantas disematkan untuk orang-orang yang beranggapan kurang baik dan kurang paham akan Ushuluddin. Ushuluddin sendiri diambil dari dua kata dalam bahasa arab yaitu ushul yang artinya adalah pondasi dan ad-din yang artinya agama dan bidang yang dikaji adalah seputar tafsir dan hadis,filsafat dan tasawuf. Selama belajar di Fakultas Ushuluddin mahasiswa akan di didik menjadi orang yang dapat mewarnai wajah keagamaan di negri ini baik dalam lingkup kenegaraan maupun masyarakat secara umum dan menjadi tokoh penting dalam menetukan kebijakan-kebijakan agama.
Sejarah keagamaan bangsa ini banyak diwarnai oleh alumni-alumni Ushuluddin seperti Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Seorang tokoh besar yang memiliki kapabilitas keilmuan dalam bidang tafsir dan mempunyai banyak karya yang sudah beliau hasilkan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan beragama, beliau mengambil S1 dan S2 jurusan ushuluddin di Al-azhar Kairo. Pemikiran-pemikiran beliau tentang al-qur’an banyak dituangkan dalam bentuk karya tulis, salah satu karya beliau yang terkenal adalah tafsir Al-Misbah. Nama Quraish Shihab tidak asing lagi dalam dunia kajian keislaman, terutama dalam bidang tafsir.
Kiprah alumni-alumni Ushuluddin dalam kehidupan berbangsa tidak hanya berhenti pada dunia keagamaan saja, banyak tokoh-tokoh yang menyumbangkan peran dan pemikiranyya di dunia perpolitikan dan kebudayaan. Siapa yang tak kenal dengan Prof. Dr. Nurcholish Madjid atau yang biasa akrab disapa Cak Nur, beliau adalah cendikiawan dan intelektual muslim terdepan. Gagasan-gagasan beliau dalam membangun bangsa ini menjadi bangsa peradaban begitu menyegarkan dan memukau banyak orang sehingga tak berlebihan jika Nur Cholish Madjid dijuluki sebagai guru bangsa.
Tak sedikit alumni-alumni Ushuluddin yang berkiprah di dunia jurnalistik, enterpreuner, politik dan lembaga-lembaga pendidikan. Contoh kecil di IAIN sendiri, banyak alumni-alumni ushuluddin yang menjadi tokoh penting dalam birokrasi kampus seperti rektor IAIN sendiri Prof. Dr. Muhibbin alumni ushuluddin.
Temu alumni Fakultas Ushuluddin yang diadakan pada tanggal 18 Mei 2013 dengan tema”Bangga Menjadi Alumni IAIN Walisongo, Lebih Bangga Alumni Fakultas Ushuluddin” menjadi agenda dan barometer kiprah para alumni ushuluddin dari berbagai tingkatan. Satu sama lain bercerita tentang seputar kiprah dan pekerjaan mereka, dari alumni yang hadir ternyata kiprah mereka beragam, ada yang menjadi penulis, wartawan, enterpreuner, konsultan dan politikus.
Mengaca pada kiprah alumni Ushuluddin yang beragam, sebagai mahasiswa ushuluddin janganlah takut akan masa depan kita setelah lulus nanti. Universitas hanyalah sebagai wadah untuk menimba ilmu dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh mahasiswa, berbagai macam UKM di fakultas telah di adakan, tentunya dalam rangka untuk mengembangkan bakat dan minat para mahasiswa. Mahasiswa dalam waktu empat tahun belajar di fakultas harus benar-banar dimanfaatkan betul untuk menggodog diri dan mental dalam rangka meniti karir dan masa depan sehingga kelak setelah lulus akan menjadi apa yang mereka mau .
Penulis gambarkan mahasiswa ushuluddin seperti kertas kosong. Mereka bisa menorehkan tinta dan gambar sesuai denagan keinginan, kertas itu akan digambar dan diwarnai apa itu terserah yang punya dan hanya pemilik yang menetukannya sendiri. Berbeda fakulatas tarbiyah, ibaratkan kertas sudah ada gambar dan gambarnya sudah jelas , masa depan mahasiswa Tarbiyah setelah lulus kelak akan menjadi seorang.
Masa depan sarjana Ushuluddin, mereka sendiri yang menentukan dan mengarahkannya tanpa ada keterpaksaan system. Fakultas hanyalah sebuah sarana atau wadah tidak lebih dari itu, tapi proses dalam kehidupan di kampus itulah yang akan membentuk dan menentukan jati diri dan masa depan kita. Maka sebagai mahasiswa ushuluddin janganlah risau akan masa depan kelak karena masa depan yang cerah siap menyambut Anda.
KOMENTAR